INSPIRASI MUSIK TRADISI BAGI EPI MARTISON
Inspirasi Musik Tradisi Bagi Epi Martison
Kedekatan dirinya dengan
music-musik tradisi Indonesia membuat dia menjadi “liar”, untuk terus menggali
dan mencipta warna music baru dalam setiap karya music tari yang ia ciptakan.
Terkesan aneh dan janggal bila kita mendengar warna music yang ia miliki. Akan
tetapi itulah Epi Martison. Dengan pilihan warna music yang ia lahirkan walau
sedikit nyeleneh, namun tidak sedikit karya-karya music tarinya menghantar
banyak koreografer-koreografer Indonesia ke puncak prestasi. Salah satunya
adalah Koreografer Minang kontemporer Boi G. Sakti. Dengan cara itu pula, kini Epi Martison telah
memiliki ciri khas tersendiri dan banyak dipercaya untuk menakhodai music-musik
tari serta membina kelompok-kelompok music tradisi baik di Jakarta maupun berbagai daerah di
Indonesia.
Selama rentang waktu perkenalan
dirinya dengan berbagai music dan tari tradisi melayu, meyakinkannya untuk
terus mempelajari serta memperdalam disiplin ilmu seni tradsi yang ia pelajari
sejak masih berada di kampong halaman Teluk Kuantan Riau.
Waktu terus berjalan, tahun silih
berganti. Berbekal ilmu music dan tari yang ia kuasai, menggiring niat Epi
Martison untuk melanjutkan studi seni di salah satu perguruan tinggi seni di
Sumatera Barat. Pada tahun 1982, ia melanjutkan studi seninya di Akademi Seni
Kerawitan Indonesia (ASKI), di Kota Padang Panjang.
Selama menjalankan studinya di
ASKI Padang Panjang, kemampuan menari dan bermain music Epi Martison semakin
terasah. Keikut sertaan dirinya dalam berbagai kegiatan kampus, menambah
kepercayaan dirinya bahwa dunia seni yang ia tekuni, mulai membuahkan hasil.
Hal itu ia buktikan dengan berbagai prestasi, baik dalam mencipta tari maupun
karya music. Berkat kegigihan dirinya, pada tahun 1985, ia menamatkan studinya
di Akademi Seni Kerawitan Indonesia (ASKI) Padang Panjang. Sebagai seorang
sarjana tari.
Gelar kesarjaann yang telah ia
raih, tak manjadikan Epi Martison berpuas diri. Ia terus melanjutkan
pertualangannya dalam menggali dunia seni tradisi music dan tari di berbagai
pesolok Nusantara. Tak sedikit karya tari dan music yang ia ciptakan merupakan
hasil dari perenungan dan pendalaman dirinya dalam mempelajari setiap music dan
tari dari berbagai budaya tradisi di Indonesia.
Pengalaman mengajar selama kurun waktu satu tahun 1985-1986 di
Sandratasik Universitas Islam Riau (UIR) untuk mata kuliah Koreografi, membuat
Epi Martison kembali tersentuh untuk memberikan perhatiannya pada seni budaya
tradisi. Saat itu ia berfikir untuk kembali turun ke “jalan” dalam mengusung
seni budaya tradisi lebih maju lagi. Ia tidak mau dunia seni budaya hanya
sebagai pelengkap. Ia ingin dunia seni itu dapat mewakili kegelisahan dirinya, ber-inovasi
dalam berbagai ungkapan karya untuk berbagai peristiwa.
Pada tahun 1986, ia memutuskan
meninggalkan jabatan Dosen dan tanah kelahirannya untuk mencoba mengadu nasib
keberuntungannya di kota metropolitan Jakarta. Mulai saat itulah ia mulai
bergelut dengan berbagai pasang surut kehidupan yang ia rasakan. Tak terkecuali
dunia seni music dan tari. Ia terus memupuk konsistenitas dirinya untuk terus
memperkaya pengalaman berkesenian yang memang telah menjadi ihktiar dirinya
sejak menggeluti dunia ini.
Dalam kurun waktu pasang surut
kehidupan yang ia rasakan, music tradisi terus menginspirasi dirinya untuk
selalu bergerak maju. Berbagai upaya ia lakukan, seperti berkarya mencipta music
dan tari hingga mendirikan
kelompok-kelompok seni bersama teman-teman senasib saat itu.
Sanggar Bagurau yang ia dirikannya
bersama M.Ikhlas (Cilay), seorang putra seniman tari wanita Minangkabau Hoeriah
Adam (alm), merupakan bukti kecintaannya akan budaya tradisi. Walau sanggar
tersebut tidak bertahan lama, akan tetapi Epi Martison terus melangkah maju
melanjutkan misinya dalam dunia seni music dan tari.
Hingga kini, Epi Martison yang
dulunya dianggap sebagai seorang anak kampung Kuantan Singingi Riau, yang
ditempa oleh seni budaya tradisi, kini menjadi seorang professional, yang telah
merubah berbagai music tradisi ke dalam bentuk ungkapan baru sekaligus
memperkaya khasanah musik tradisi maupun kontemporer Indonesia. Dengan prestasi
itu, baru-baru ini, Epi Martison dipercaya sebagai music director pada
perhelatan akbar Borobudur Writers Cultural Festival 2020.
“Musik tari adalah milik orang
tari. Tari tanpa music taka da artinya. Sangat naïf bagi orang tari tak ngerti
musik. Karena music tak bisa dipisahkan dengan tari dan tari tanpa music tak
berarti apa-apa. Makanya saya merasa perlu mendakami sedalam-dalamnya music
itu. Music itu sangat penting, karena music itu roh dan jiwa raga tari”, begitu
ungkap Epi Martison.
Sumber : Instagram Epi Martison
Penulis : Benny Krisnawardi
Komentar
Posting Komentar